Ngaku jadi Korban Trafficking di Sekolahnya, Belasan Siswi Lapor ke Dewan
LENSAINDONESIA.COM: Belasan remaja putri yang mengenakan seragam sekolah warna abu-abu datang ke kantor DPRD Surabaya, Jumat (10/2) siang. Para remaja ini adalah korban kekerasan seksual serta kejahatan perdagangan manusia. Merasa diperlakukan diskriminatif oleh lingkungan maupun sekolah, mereka bermaksud menceritakan perlakuan diskriminatif ke DPRD Surabaya. Namun, mereka datang dengan menggunakan topeng kertas guna melindungi dirinya.
Siswi korban traficking tersebut bermaksud meminta perlakuan sama dari sekolah atas tindakan diskriminatif terhadap diri dan temannya yang sedang menyandang masalah sosial akibat traficking dan pergaulan bebas.
Dengan didampingi beberapa aktifis pendidikan, sejumlah anak perempuan usia belasan tahun itu menceritakan adanya sebuah perlakuan diskriminatif oleh guru dan sekolah tempat dirinya menimba ilmu.
Baktiono, Ketua Komsisi D DPRD Surabaya bidang (Kesra) mengatakan, sudah selayaknya Kota Surabaya untuk segera berbenah diri guna mewujudkan kota layak anak sebagaimana penghargaan yang selama ini sudah diraih.
Politisi asal fraksi PDI-Perjuangan itu menegaskan bahwasannya dengan sesama anggota komisi D untuk menertibkan tempat publik agar bebas dari siswi tentunya di Jam sekolah.
"Kami setuju untuk segera menertibkan seluruh tempat publik agar bebas dari siswa dan siswi saat jam sekolah, termasuk juga tempat rekreasi hiburannya. Rencananya (Senin mendatang) kami akan mengundang dinas terkait seperti Dinas Pariwisata, Satpol-PP serta Dinas Pendidikan untuk membahas pesoalan ini" ungkap Baktiono, Jumat (10/2/12).
Disamping menuntut kesetaraan pelayanan pendidikan di sekolah, para korban traficking dan pergaulan bebas itu juga menuntut agar Pemkot Surabaya segera menertibakan beberapa lokasi dan tempat mangkal para muda-mudi di kota Surabaya yang kini sudah beralih fungsi sebagai tempat mesum dan pesta narkoba.dhimas
sumber
LENSAINDONESIA.COM: Belasan remaja putri yang mengenakan seragam sekolah warna abu-abu datang ke kantor DPRD Surabaya, Jumat (10/2) siang. Para remaja ini adalah korban kekerasan seksual serta kejahatan perdagangan manusia. Merasa diperlakukan diskriminatif oleh lingkungan maupun sekolah, mereka bermaksud menceritakan perlakuan diskriminatif ke DPRD Surabaya. Namun, mereka datang dengan menggunakan topeng kertas guna melindungi dirinya.
Siswi korban traficking tersebut bermaksud meminta perlakuan sama dari sekolah atas tindakan diskriminatif terhadap diri dan temannya yang sedang menyandang masalah sosial akibat traficking dan pergaulan bebas.
Dengan didampingi beberapa aktifis pendidikan, sejumlah anak perempuan usia belasan tahun itu menceritakan adanya sebuah perlakuan diskriminatif oleh guru dan sekolah tempat dirinya menimba ilmu.
Baktiono, Ketua Komsisi D DPRD Surabaya bidang (Kesra) mengatakan, sudah selayaknya Kota Surabaya untuk segera berbenah diri guna mewujudkan kota layak anak sebagaimana penghargaan yang selama ini sudah diraih.
Politisi asal fraksi PDI-Perjuangan itu menegaskan bahwasannya dengan sesama anggota komisi D untuk menertibkan tempat publik agar bebas dari siswi tentunya di Jam sekolah.
"Kami setuju untuk segera menertibkan seluruh tempat publik agar bebas dari siswa dan siswi saat jam sekolah, termasuk juga tempat rekreasi hiburannya. Rencananya (Senin mendatang) kami akan mengundang dinas terkait seperti Dinas Pariwisata, Satpol-PP serta Dinas Pendidikan untuk membahas pesoalan ini" ungkap Baktiono, Jumat (10/2/12).
Disamping menuntut kesetaraan pelayanan pendidikan di sekolah, para korban traficking dan pergaulan bebas itu juga menuntut agar Pemkot Surabaya segera menertibakan beberapa lokasi dan tempat mangkal para muda-mudi di kota Surabaya yang kini sudah beralih fungsi sebagai tempat mesum dan pesta narkoba.dhimas
sumber
asep50 11 Feb, 2012
Mr. X 11 Feb, 2012
-
Source: http://andinewsonline.blogspot.com/2012/02/ngaku-jadi-korban-trafficking-di.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
No comments:
Post a Comment